ARSITEKTUR MODERN

FUNGSIONALISME, RASIONALISME DAN KUBISME 


Perkembangan Arsitektur Modern Fungsionalisme diwarnai dengan anti pada pengulangan bentuk-bentuk lama dengan teknologi baru (beton bertulang, baja). Dan pada awal abad XX terjadi perubahan besar, radikal, cepat, dan revolusioner dalam pola pikir.

Dalam pandangan arsitektur modern (1910-1940-an), terjadi perubahan dalam pola dan konsep keindahan arsitektur, di mana keindahan timbul semata-mata oleh adanya fungsi dari elemen-elemen bangunan. Oleh karena itu aliran ini disebut sebagai Arsitektur Fungsionalisme atau Rasionalisme (berdasarkan rasio/pemikiran yang logis). Bangunan terbentuk oleh bagian-bagiannya apakah dinding, jendela, pintu, atap, dll tersusun dalam komposisi dari unsure-unsur yang semuanya mempunyai fungsi.

Teori, bentuk dan konsep lama keindahan seni termasuk arsitektur ditinggalkan. Hubungan dengan masa lampau berusaha diputus oleh para arsitek modern menjadi bentuk baru yang “murni” tanpa dekor selain bagian bangunan yang masing-masing berfungsi, disebut aliran arsitektur murni atau Purism.

Dalam penerapan konsep Fungsionalisme, Pusrime atau rasionalisme mewujudkan bangunan “bersih”,”murni” tanpa hiasan, sederhana berupa komposisi bidang, kotak, balok, dan kubus. Memandang bahwa seluruhnya merupakan kesatuan bentuk, sehingga disebut arsitektur Cubism. Aliran ini menekankan pada dimensi waktu dalam bangunan, diwujudkan dengan menyatunya ruang luar-dalam oleh jendela- jendela lebar, jarak antar kolom yang relatif lebar, saling berhubungan secara berkesinambungan.

Contoh Bangunan dan Ciri Bangunan Modern Fungsionalisme

A. Perancis

Hasil gambar untuk Maison La Roche (1923), Paris, Le Corbusier dan Pierre Jeanneret
Maison La Roche (1923), Paris, Le Corbusier dan Pierre Jeanneret

Denah rumah berbentuk huruf L, dimaksudkan untuk memisahkan 2 penghuni berbeda. Sisi utama di depan (untuk gallery) berupa ruang, luas dan tinggi karena adanya mezzanine kombinasi dengan 2 atau 3 lantai dengan sisi lainnya. Di atas terdapat sebuah balkon menjorok melayang dan ada semacam jembatan menghubungkan ruang-ruang berseberangan dengan mezzanine. Selain tangga, Le Corbusier juga merancang jalur naik landai (ramp). Banyak jendela besar dan lebar di atas dan disamping. Jendela ini bentuknya tidak lagi seperti dinding dilubangi pada bangunan klasik, tetapi berupa bidang membentuk komposisi horizontal-vertikal (terdiri dari bidang kaca dan rangka aluminium).

Hasil gambar untuk La Samaritaine (1926), Paris, Henri Sauvage dan Frantz Jourdain
La Samaritene (1926), Paris, Henry Sauvage dan Frantz Jourdan

Konstruksi beton bertulang dinding dan lantainya dipadukan dengan baja cetak prefabricated pada ruang dalamnya yang bergaya Art Deco. Jendela kaca sangat lebar mendominasi bagian depan dan mezzanine menyatukan ruang-ruang di lantai berbeda. Merupakan penerapan Cubism.

Hasil gambar untuk Notre Dame du Raincy (1922-1924), Paris, Auguste Perret
Notre Dame du Raincy (1922-1924), Paris, Auguste Perret

Bentuk  monumental  gereja  dicapai  dengan  pola  simetris,  menggunakan  sistem  kons-truksi beton bertulang exposed, dengan kolom-ko-lom dalam hal ini bentuknya silindris, menjulang tinggi pada setiap sudut sebuah me-nara di tengah-depan. Menara makin ke atas semakin ram-ping seperti bentuk gereja Gothik. Nave (ruang utama umat) atapnya melengkung, dindingnya berupa krawang beton (concrete grilles), untuk menghindari angin dan air tetapi tetap tembus pandang, krawang ditutup kaca. Bentuk dan susunan krawang geometris perpaduan segi empat, bujur sangkar, dan diagonal-diagonalnya membentuk segi tiga. Bekas perancah beton membentuk garis-garis sesuai dengan pemasangannya.

Sistem beton exposed temuan Auguste Perret diterapkan dengan sangat baik dan pada akhirnya banyak diikuti oleh arsitek-arsitek lain dalam publikasi, perencanaan,maupun pelaksanaan.


Hasil gambar untuk Apartment House (1902-1903); Paris; Auguste Perret

Hasil gambar untuk Apartment House (1902-1903); Paris; Auguste Perret
Apartment House (1902-1903); Paris; Auguste Perret

Menggunakan  sistem  beton  bertulang,  yang  dapat  dilihat  pada  facadenya.  Sistem  beton  exposed-nya diberikan ornamen-ornamen panel. FaƧade yang menjorok kedalam dengan bukaan jendela yang lebar memperlihatkan pembagian lantai yang indah pada bangunan tersebut. Peng-gunaan kaca (termasuk kaca hias) memperindah tampilan bangunan pada lantai dasar. Di mana kantor Perret berada.

B.   Di Jerman
The International Style



Hasil gambar untuk German Pavilion at the International Exhibition in Barcelona (1929) Ludwig Mies van der Rohe
German Pavilion at the International Exhibition in Barcelona (1929) Ludwig Mies van der Rohe

Semua dinding jendela dan pintu utuh dari atas sampai bawah membentuk bidang-bidang vertikal. Atap datar dari beton bertulang berwarna kontras dengan dinding dalam komposisi keseluruhan menjadi unsur horizontal, seolah melayang ringan di atas dinding kaca dan marmer. Selain itu kolam di dalam dengan karakter dan warna air, juga menjadi elemen bidang horizontal dalam komposisi ini. Dalam rancangannya terlihat kederhanaan dan kemurnian dan kesatuan ru-ang luar-dalam, komposisi blok, kotak dan kubus. Hubungan antara ruang dalam dan ruang luar, salah satu ciri khas dari arsitektur Cubism, dikuatkan dengan pintu-jendela lebar, luas dan trans-paran, bidang-bidang menerus dari luar (halaman) menyatu dengan dinding ruang dalam.



Tuberculosis Sanatorium in Paimio (1928-1933) Alvar Aalto

Bangunan ini tercipta berdasarkan dua pertimbangan yang diambil Alvar Aalto, yaitu: 1. adanya area yang ditujukan khusus untuk pekerja/personel dengan lingkungan yang tenang, seperti : perawat/suster, dokter, administrasi, dan lainnya. 2. Pemecahan yang baik untuk akomodasi pasien: dengan ketinggian, pengakhiran blok yang ramping dengan teras yang menjorok keluar. Ia meran-cang ruang-ruang berdasarkan garis-garis linear yang berorientasi ke arah dimana dapat diperoleh sinar matahari dan udara yang maksimal sehingga kelihatannya tidak beraturan.

Interiornya mencerminkan gambaran lamanya jam pasien yang terbaring di tempat tidur. Plafondnya di warna berbeda, berkesan lebih dalam dan penataan lampunya secara tidak langsung (indirect). Penerapan konsep modern berupa keseder-hanaan tanpa elemen dekorasi, dimana yang mejdi elemen dekorasi itu sendiri ialah jendela memanjang (ribbon window), lantai, balustrade dan atap datar, semua dindingnya berwarna cerah.

Bangunan ini, dengan pembagian bangunan berdasarkan fungsi dan kegunaan yang berbeda kedalam area yang berbeda pula menjadikannya sebagai contoh dalam pem-buatan bangunan rumah sakit di seluruh dunia


Hasil gambar untuk Falling Water”, Villa for Edgar J. Kaufmann, Pennsylvania (1935-1939) Frank Lloyd Wright


Hasil gambar untuk Falling Water”, Villa for Edgar J. Kaufmann, Pennsylvania (1935-1939) Frank Lloyd Wright
“Falling Water”, Villa for Edgar J. Kaufmann, Pennsylvania (1935-1939) Frank Llyod Wright

Sebuah tower batu dengan perapian sebagai pusat dari bentuk yang berdasarkan sumbu vertikal-horizontal sebagai elemen utama terlihat sebagai sentral dari orientasi bangunan ini. Pewarnaan yang sederhana dan ringan pada dinding beton teras dan beranda menggambarkan kejinakan hutan belantara. Selain itu penggunaan batu alami menjadi bagian itu sendiri dari alam sekitarnya. Atapnya adalah atap plat datar terbuat dari beton bertulang.

Penggunaan unsur garis, bidang-bidang menerus dari luar sampai dalam, banyak jendela (tranparansi bangunan), menunjukkan masih dipengaruhi oleh  aliran  Cubism namun dengan ciri  dan  style  yang berbeda menurut Franl Llyod itu sendiri, Penggunaan material bangunan yang bervariatif, simplicity, perpaduan dengan alam, memberikan gaya arsitektur tersendiri bagi arsitek pada masa itu.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Depok

Peraturan Daerah (RTRW) Kabupaten Bekasi

Surat Perjanjian Kontrak Pembangunan Rumah