KOTA EKOLOGIS
ASAS TENTANG RUANG KOTA DALAM
SEJARAH
Di Indonesia sampai sekarang
kebanyakan penghuni masih terlahir di pedesaan dan bukan dalam kota. Akan
tetapi, makin lama urbanisasi makin menjadi persoalan penting bagi Indonesia.
Hal ini mengakibatkan bahwa kebanyakan penghuni kota sangat di pengaruhi oleh
pengertian pedesaaan. Masalah tersebut akan di jelaskan pada konsep desa dan
kota tradisional berbentuk lingkaran maupun berbentuk persegi empat sebagai
berikut :
Penggunaan segi empat sama sisi yang
dibagi sembilan, yaitu paramasayika-grid merupakan hakikat dari ruang dan
waktu. Segi empat ini sering dilambangkan oleh Vastu Purusha, yang pernah di
bunuh agar bumi dapat diciptakan. Mandala suci ini memiliki pusat sebagai puser
Vastu Purusha. Konsep antropomorsif ini kemudian di lengkapi dengan pembagian
masing-masing segi empat atas sembilan potongan lagi sehingga terjadi segi
empat besar yang masing-masing sisi dibagi sembilan, kisi Brama, yang menjadi
dasar tata kota di Asia terutama di India tetapi juga menjadi dasar di Inggris
(misalnyaWareham, Inggris Selatan).
PERMASALAHAN PERTUMBUHAN KOTA
Kota yang tumbuh terus-menerus biasanya memiliki konsep perluasan langsung
secara linear atau dengan menggunakan konsep jaringan dengan kota satelit
POLA TATA KOTA YANG EKOLOGIS
Piagam Athena (declaration of Athens) tahun 1933 mulai mempengaruhi
perkembangan kota kontemporer secara global. Di bawah pengaruh Le Corbusier,
asas-asas tersebut menganggap bahwa kota sebagai susunan fungsional di mana
bagian hunian, pekerjaan, perbelanjaan, dan jasa terpisah ketat. Selanjutnya,
wilayah pinggiran kota dianggap sebagai tempat rekreasi yang makin lama makin
dimanfaatkan untuk perumahan tambahan. Tentu saja, penyelesaian ini meuntut
mobilitas tinggi bagi penghuninya. Berdasarkan kenyataan ini, kota kontemporer
tidak lagi menjadi kota yang nyaman bagi penghuni karena harus memenuhi
kebutuhan transportasi (kendaraan bermotor).
Penerapan piagam Athena tersebut makin merusak lingkungan di sekitar kota.
Karena dengan pertumbuhan sekaligus terjadi kemacetan lalu lintas yang parah,
maka pada tahun-tahun terakhir ini perubahan kesadaran masyarakat kota dapat
dilihat.
Piagam Athena tidak hanya merusak lingkungan denga kebutuhan jalan
kendaraan yang melebihi kebutuhan atas ruang hunia, melainkan juga
mengakibatkan masalah sosial karena anggota keluarga yang bekerja tidak lagi
dapat membagi pengalaman kepada anggota keluarga di rumah.
Berdasarkan pengalaman tersebut, perencana kota mengembangkan alternatif
untk menghubungkan kegiatan menguni, bekerja, berbelanja, dan sebagainya,
secara integral sehingga di satu pihak, kualitas kehidupan di dalam kota dapat
ditingkatkan; dan lain pihak, kualitas lingkungan kota (taman kota, hutan kota)
menjadi lebih atraktif.
Dalam hal ini akan diuraikan dua model, yaitu tata kota dengan struktur
desentral-integral, terutama untuk kota yang perlu di perluas
Menurut Martin C. Neddens, serta kota sebagai sistem yang mengatur diri
sendiri secara berjaringan menurut Per Krusche.
Tujuan tata kota ekologis
dapat disusun sebagai berikut:
· rehabilitasi kerusakan ligkungan;
· menghindari pencemaran lingkungan baru dengan tindakan
dan strategi pencegahan
· Perbaikan kualitas lingungan, terutama dengan
menghubungkan kegiatan menghuni, bekerja, berbelanja, dan sebagainya, secara
integral sehingga kualitas kehidupan di dalam kota juga dapata ditingkatkan;
dan
· berpaling dari pandangan sektoral yang berdasarkan piagam
Athena
FUNGSI KOTA EKOLOGI
Fungsi kota ekologi menurut prinsip-prinsip
tertentu, dimana jika dipahami oleh kita, dapat mempengaruhi kota dalam
petunjuk yang postif. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:
a. Skala kecil dan sangat memenuhi syarat,
b. Akses menurut kedekatan,
c. Pemusatan kembali dengan skala kecil,
d. Perbedaan adalah sesuatu yang baik,
Dalam implementasinya kota ekologis harus
mampu mencerminkan sebagai kota yang berkelanjutan. Kota ekologis direncanakan
seharusnya memiliki tujuan dalam penggunaan sumber daya yang seminimal mungkin
serta memberikan dampak yang sekecil mungkin. Kota harus mampu mendaur-ulang sumber-sumber
daya tersebut. Dalam konteks ini, kota ekologis memiliki prinsip yang berbeda
dengan kota modern. Perbedaan tersebut terletak pada penggunaan sumber-sumber
daya dan dampak yang ditimbulkannya. Pergeseran paradigma ini merupakan
konsekuensi logis untuk mencapai tujuan sebagai kota ekologis. Namun hal yang
tersulit untuk membentuknya adalah proses dalam menangani sumber daya tersebut,
karena diperlukan upaya mendaur-ulang sumber daya tersebut. Berikut bagan yang
menggambarkan pemanfaatan sumber daya dan dampak yang ditimbulkannya.
Suatu prinsip dan
strategi pembangunan kota ekologis, meliputi beberapa hal berikut:
a. Mengembalikan lingkungan yang mengalami degradasi
- Membangun kota dengan konsep taman
- Menetapkan
koridor hijau di kawasan pedesaan dan perkotaan
- Meningkatkan kegiatan pedesaan untuk mendukung
pertanian yang berkelanjutan
b. Membangun kembali ”bioregion”
· Membangunan bangunan
yang tanggap terhadap iklim
· Menggunakan sumber
material bangunan lokal
c. Menyeimbangkan Pembangunan
- Membangun bangunan yang low energy dengan
material yang mendukung
- Melindungi keanekaragaman ekologis
- Menghargai tempat hidup manusia dalam lingkungan
d. Mencegah Urban Sprawl
· Membatasi perluasan pembangunan baru
· Mengkonsolidasi kawasan kota yang ada dengan
mengupayakan penggunaan terbaik pada sumber daya
· Mempertahankan kota agar tetap hidup, dan
sebagai tempat yang enak ditinggali
· Menciptakan jaringan transportasi yang efisien
e. Mengoptimalkan dayaguna energi
- Penggunaan energi yang dapat diperbaharui seperti
angin, matahari
- Penerapan ventilasi dan insulasi pada bangunan untuk
mengoptimalkan cahaya matahari
- Mengurangi konsumsi energi melalui desain yang tanggap
pada iklim, penggunaan low energy alternatif
- Menggunakan material produksi lokal
f. Berperan terhadap ekonomi
- Industri yang berkelanjutan
- Mengembangkan teknologi yang berbasis lingkungan
- Penggunaan teknologi informasi yang tepat
g. Menyediakan kesehatan dan keamanan
- Mengurangi polusi dan meningkatkan kualitas lingkungan
- Pengumpulan, daur ulang dan penggunaan kembali limbah
padat
- Penyediaan dan sanitasi air
- Lingkungan yang tidak beracun dan non-alergi
h. Mendorong masyarakat
- Melibatkan masyarakat dalam pembangunan kota
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam administrasi
publik dan manajemen
- Mewujudkan pembangunan melalui proses yang melibatkan
seluruh masyarakat agar dapat menyumbang hasil yang diharapkan.
i. Mempertimbangkan keadilan sosial
- Keadilan dalam mengakses terhadap layanan, fasilitas
dan informasi
- Pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja
- Melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam proses
pembangunan
- Menyediakan perumahan yang terjangkau
j. Menghormati sejarah
- Mengembalikan monumen dan landmark lokal
- Menghargai perbedaan budaya
- Menghormati sejarah habitat pribumi
k. Memberdayakan cultural landscape
- Perbedaan kelompok budaya, pesta rakyat
- Adanya festival seni dan budaya
- Bentuk seni multikultural
- Jaringan komunitas seni dan kerajinan
l. Memperbaiki biosfer
- Proyek kerjasama restorasi lahan untuk pengembangan
baru
- Memperbaiki, mengisi dan meningkatkan udara, air,
lahan, energi, biomass, makanan, keanekaragaman, habitat , ecolinks,mendaur
ulang limbah.
Contoh
Kota Ekologis
Curitiba, Brasil
Kota Curitiba, Brasil memulai secara proaktif mengatasi tantangan pembangunan
perkotaan
yang berkelanjutan pada tahun 1966 dengan master plan yang
menguraikan masa depan
integrasi antara pembangunan perkotaan, transportasi dan
kesehatan masyarakat.
Rencana ini telah
direalisasikan di Curitiba modern, yang didefinisikan bentangan linear oleh
urban development yang dikelilingi oleh ruang hijau dan daerah pemukiman
low-density. Kota ini dirancang untuk mobilitas manusia, bukan mobilitas mobil.
Sistem bus kota ini sangat berkembang, dengan bus berkapasitas tinggi dan jalur
khusus, secara efektif mencapai sekitar 90% dari populasi. Sistem bus ini
digunakan oleh 45% dari populasi, yang telah menyebabkan penggunaan mobil
pribadi jatuh sampai 22%. Meskipun penurunan ini, untuk mencegah daerah pusat
kemacetan kota telah ditutup untuk mobil. Penutupan jalan ini telah menyebabkan
pertumbuhan ekonomi yang dinamis untuk toko-toko lokal dan pengembangan ruang
masyarakat untuk pejalan kaki.
Hasil keuntungan
kesehatan publik dan pendidikan dari inisiatif ini juga sudah substansial.
Curitiba mempertahankan tingkat terendah polusi udara di Brazil dan lebih dari
300.000 pohon di kota membantu mengurangi banjir alami. Curitiba juga telah
mendedikasikan sumber daya untuk pendidikan lingkungan di sekolah dasar, yang
telah diterjemahkan ke dalam warga agar sadar terhadap lingkungan. Lebih dari
70% dari penduduk kota berpartisipasi dalam program daur ulang yang berbahan
bakar sistem pengolahan limbah progresif kota ini.
Curitiba telah
mempertahankan visi masa depannya secara konsisten dan bekerja untuk mencapai
dengan melalui perencanaan kota secara hati-hati yang memperhitungkan
"account transportation", juga mendorong inisiatif lingkungan dan
kesehatan masyarakat. Pada tahun 2010, Curitiba mendapatkan prestasi mereka
yaitu penghargaan Globe Sustainable City karena "pemahaman mereka tentang
pembangunan kota yang berkelanjutan -. Kedua mengenai kebijakan dan
implementasi
sumber :
Heinz Frick' Arsitektur Ekologis
http://jepits.wordpress.com/2007/12/19/prinsip-prinsip-kota-ekologis/
Komentar
Posting Komentar